Di tengah hiruk-pikuk Jakarta, seorang penyanyi girlband terkenal yang berbakat, Nia, menemukan dirinya menjadi bintang besar dengan penggemar yang memujanya. Namun, salah satu penggemar yang misterius, yang dikenal sebagai “Penggemar 88,” mulai menunjukkan perhatian yang aneh dan intens. Kejadian demi kejadian membuat Nia bertanya-tanya siapa sosok di balik pesan-pesan ini. Akhirnya, terungkap bahwa penggemarnya adalah sesosok gondoruwo yang terobsesi dengannya. Cerita ini menggabungkan horor, konflik batin, dan pesan moral tentang kesombongan serta keimanan.
Jakarta, kota yang tak pernah tidur, adalah tempat di mana Nia, seorang anggota girlband ternama, tinggal dan menjalani kehidupannya. Nama grupnya, “Stars48” (disamarkan), kerap menjadi perbincangan di berbagai media. Dengan suara lembut dan tarian energik, Nia memiliki banyak penggemar yang mengidolakan dirinya. Namun, dari sekian banyak penggemar, ada satu akun anonim bernama “Penggemar 88” yang mencuri perhatiannya.
Awalnya, “Penggemar 88” hanya terlihat seperti penggemar fanatik lainnya. Komentarnya di media sosial selalu penuh pujian berlebihan, seperti “Nia adalah malaikat yang turun ke bumi.” Namun, seiring waktu, pesan-pesannya mulai berubah menjadi lebih personal dan menyeramkan. “Aku selalu menunggumu di setiap langkahmu,” tulisnya suatu malam.
Nia menganggapnya sebagai bagian dari resiko menjadi figur publik, hingga suatu malam setelah konser besar di kawasan SCBD, dia merasa diawasi. Saat menuju mobil bersama asistennya, Rini, dia melihat bayangan besar di sudut parkiran. Bayangan itu diam saja, tetapi kehadirannya begitu menekan, membuat bulu kuduknya meremang.
“Kamu lihat itu, Rin?” bisik Nia.
Rini menoleh dan menggeleng. “Apa? Nggak ada siapa-siapa. Mungkin kamu terlalu lelah, Nia.”
Nia mencoba mengabaikan hal itu. Namun, setelah kejadian di parkiran, hal-hal aneh terus terjadi. Di apartemennya di kawasan Sudirman, Nia mendengar suara berat seperti gumaman saat sedang mandi. Dia berani bersumpah bahwa suara itu menyebut namanya.
“Nia… Aku di sini.”
Ketakutan mulai menguasai dirinya. Rini yang biasanya mendampinginya ke mana-mana, juga mulai merasakan keanehan. Suatu malam, saat mereka sedang mengevaluasi video penampilan Nia, mereka melihat sesuatu yang mengerikan. Di sudut layar, samar-samar ada sosok besar dengan mata merah menyala, memandang lurus ke arah kamera.
“Ini bukan editan, kan?” Rini mencoba memastikan dengan suara gemetar.
Nia menggeleng. “Aku nggak tahu. Tapi aku yakin ini ada hubungannya dengan ‘Penggemar 88.'”
Rini mengusulkan agar mereka berkonsultasi dengan Ustad Rahman, seorang ustad yang dikenal memiliki pengetahuan mendalam tentang gangguan gaib. Ustad Rahman mendengarkan cerita mereka dengan seksama sebelum berkata, “Nia, makhluk ini bukan penggemar biasa. Gondoruwo, makhluk gaib, sering tertarik pada manusia yang bersinar, baik karena kecantikan atau ketenaran. Kau harus lebih mendekatkan diri kepada Allah dan menjaga sikap.”
Nia mengikuti saran tersebut. Dia memperbanyak doa dan mengurangi interaksi di media sosial. Namun, malam berikutnya, ketukan keras di jendela apartemennya membuatnya terbangun. Dengan gemetar, dia mengintip dari balik tirai. Di luar, hanya ada gelap dan pantulan cahaya kota. Namun, suara berat yang pernah dia dengar kembali terdengar, “Aku tidak akan pergi, Nia. Aku mencintaimu.”
Nia menangis ketakutan. Dia menelepon Rini yang segera datang dengan Ustad Rahman. Ritual ruqyah dilakukan di apartemen itu. Ustad Rahman membaca ayat-ayat suci dan meminta makhluk tersebut pergi. Ketika ruqyah berlangsung, Nia merasa dadanya sesak, seolah ada beban berat yang menekan. Namun, perlahan, rasa sesak itu hilang.
“Makhluk itu telah pergi,” kata Ustad Rahman setelah selesai. “Tapi ingat, ketenaran dan kecantikan bisa menjadi ujian. Jangan sombong atau terlalu mencintai duniawi.”
Setelah kejadian itu, gangguan makhluk gaib berhenti. Nia belajar untuk lebih rendah hati dan mendekatkan diri pada Tuhan. Dia juga berhenti memusingkan komentar di media sosial. Namun, setiap kali dia tampil di atas panggung, ada kalanya dia merasa diawasi oleh sesuatu yang tak kasat mata.
Pesan Moral: Popularitas dan kecantikan adalah karunia sekaligus ujian. Jangan biarkan diri terbuai, dan selalu ingat untuk berlindung kepada Tuhan agar terhindar dari godaan, baik dari dunia nyata maupun gaib.
