Berikut ini adalah kisah nyata yang dialami Andrea Wiwandhana, founder dari clavdigital.com. Saat masih kuliah, Andrea berlibur ke Jogja dan menginap di sebuah penginapan kecil di kawasan Prawirotaman. Selama tiga hari, ia mencium bau bangkai yang tidak terdeteksi oleh orang lain, termasuk petugas penginapan. Meski sudah dilakukan ritual oleh petugas, bau itu tetap ada, dan Andrea jatuh sakit hingga akhirnya meninggalkan tempat tersebut lebih awal. Setelahnya, Andrea mengetahui fakta mengejutkan tentang kamar yang ia tempati, membuat pengalaman itu tak terlupakan.
Belasan tahun lalu, saat aku masih mahasiswa yang skeptis soal hal-hal gaib, aku mengalami sesuatu yang mengubah cara pandangku. Saat itu, aku memutuskan untuk liburan singkat ke Jogja bersama seorang teman, mencari suasana baru di tengah tekanan tugas kuliah.
Kami memilih sebuah penginapan kecil di kawasan Prawirotaman, yang terkenal di kalangan backpacker. Penginapan itu tidak terlalu mewah, tapi cukup nyaman dan murah untuk kantong mahasiswa. Kesan pertamaku terhadap tempat itu biasa saja—tidak ada yang mencurigakan.
Namun, malam pertama kami menginap, aku mulai mencium bau aneh di kamar. Bau bangkai tikus yang menyengat. Awalnya, aku mengira ini hanya masalah kebersihan. Aku mencoba mencari sumber baunya—di bawah tempat tidur, lemari, hingga ventilasi. Tapi tidak ada yang mencurigakan.
Aku bertanya kepada temanku, “Kamu nggak cium bau apa-apa?”
Dia menggeleng. “Nggak, kamu capek kali.”
Aku mencoba mengabaikannya dan tidur. Tapi malam itu, aku hampir tidak bisa terlelap. Bau itu semakin menusuk, dan entah kenapa, aku merasa seperti ada yang mengawasiku.
Hari kedua, situasi menjadi lebih aneh. Bau itu tetap ada, bahkan semakin kuat. Aku memanggil petugas penginapan. Seorang pria paruh baya datang ke kamar dan mulai memeriksa setiap sudut.
Setelah beberapa saat, dia berkata, “Pak, saya tidak mencium bau apa-apa. Tapi mungkin untuk berjaga-jaga, saya akan membakar dupa.”
Dia menyalakan dupa di kamar kami. Asapnya mengepul, memenuhi ruangan, sementara dia menyiramkan air ke sudut-sudut kamar mandi sambil membaca doa-doa yang tidak aku pahami.
“Kadang ada hal-hal yang sulit dijelaskan, Pak,” katanya sambil tersenyum tipis.
Aku mencoba meyakinkan diriku bahwa semuanya baik-baik saja. Tapi malam kedua lebih buruk dari yang pertama. Aku merasa tubuhku lemas, tenggorokanku kering, dan kepalaku berdenyut hebat. Temanku, yang tidak mencium bau itu, hanya berkata bahwa tempat ini memang terasa tidak nyaman sejak awal.
Dia bercerita bahwa sebelum kami pindah ke penginapan ini, dia bermimpi aneh. Dalam mimpinya, seorang sinden Jawa menyanyi dengan suara melengking sambil menaiki delman. Tapal kuda delman itu berisik, mengiringi nyanyian sinden yang terdengar seperti memanggil seseorang. Aku menganggap itu hanya mimpi biasa.
Hari ketiga, aku tidak tahan lagi. Tubuhku demam, dan aku merasa seperti kehilangan banyak energi. Aku memutuskan untuk check out lebih awal. Sebelum pergi, aku bertanya kepada petugas penginapan, apakah ada kejadian aneh di tempat itu.
Dia terlihat ragu sebelum menjawab, “Penginapan ini sudah tua, Pak. Beberapa tamu sebelumnya memang pernah merasa tidak nyaman, tapi kami selalu berusaha menjaga kebersihan dan kenyamanan.”
Aku tidak tahu harus berkata apa. Yang jelas, setelah meninggalkan penginapan itu, aku merasa seperti ada beban yang terlepas dari tubuhku.
Beberapa hari setelah pulang, rasa penasaranku semakin memuncak. Aku mencari informasi tentang penginapan itu di internet. Ternyata, beberapa tahun sebelumnya, kamar yang aku tempati adalah lokasi kejadian tragis. Seorang wanita ditemukan meninggal di sana, tubuhnya membusuk selama beberapa hari sebelum ditemukan.
Aku tertegun. Semua yang kualami—bau bangkai yang menyengat, demam yang tiba-tiba muncul, dan ritual dupa yang dilakukan petugas—kini terasa masuk akal.
Pesan Moral:
Pengalaman ini mengajarkanku bahwa tidak semua hal bisa dijelaskan dengan logika. Ada dunia lain yang berjalan di samping kita, sering kali tanpa kita sadari. Lebih dari itu, aku belajar untuk tidak meremehkan firasat orang lain dan selalu mendekatkan diri pada Tuhan, terutama saat menghadapi sesuatu yang di luar nalar. Bahkan dalam skeptisisme, ada saatnya kita harus mengakui bahwa dunia ini penuh misteri yang melampaui pemahaman manusia.